ANTOLOGI PUISI: KATA BERKATA
KHUSUS UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2008
Catatan:
Puisi ditulis dengan format:
1. tulis judul dengan kombinasi huruf kapital dan kecil, misal Nyanyian Hati di Malam Sunyi
2. tulis nama lengkap
3. jika perlu, beri keterangan ringkas seputar tempat, tanggal pembuatan puisi tersebut.
Selamat menulis!
++++++++++++
Sebuah antologi puisi bersama dari mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab 2008. Karya-karya yang autentik, menjunjung kejujuran, dan mengalirkan rasa. KATA BERKATA tentang ungkapan dendam, amarah, kesumat, damai, dan berbagai kecamuk jiwa.
Selamat membaca, memahami, menculik makna, memperoleh nilai, meningkatkan kualitas hidup!
5 Oktober 2009 pada 23:07
KEGELAPAN ADALAH CAHAYAKU
Din Widyartono
kegelapan adalah cahayaku, jangan beri aku cahaya
agar tak kian silau dan buta tiba-tiba
remuk sudah tubuhku karena kau memasuki rusukku
jangan kenali tulangku karena kian tabu
dan kalau aku menggenapkan tulang rusukmu
maka kamu mengganjilkan tulang rusukku
agar dapat terang tanpa aku menghalang
tetaplah gelap dan biarkan aku menyinari
biar mentari lelap tapi aku tetap menyinari
untuk tarian malamku
Kota Bunga, 21 Juli 2007
12 Oktober 2009 pada 23:28
Ku percaya cinta memag luar biasa
Ku tahu cinta memang berkuasa
Ku tahu cinta memang buta
Namun apakah kamu tahu
Mana cinta yang sedang ku rasa
Apakah kamu tahu
Perasaan yang sedang ku bawa
Memang benar setiap insan berhak tuk di cinta
Namun apakah cinta pantas tuk di cinta
Dan apakah cinta tak berhak cinta
Alangkah egois jika setiap insan mementingkan perasaannya
Tanpa melihat perasaan cinta(10 Oktober 2009)
To: SomeOne
12 Oktober 2009 pada 23:40
Hati yang Tak Berhati
Ku tahu cinta datangnya tak di duga
Ku tahu cinta tak bisa tuk di paksa
Ku percaya cinta memag luar biasa
Ku tahu cinta memang berkuasa
Ku tahu cinta memang buta
Namun apakah kamu tahu
Mana cinta yang sedang ku rasa
Apakah kamu tahu
Perasaan yang sedang ku bawa
Memang benar setiap insan berhak tuk di cinta
Namun apakah cinta pantas tuk di cinta
Dan apakah cinta tak berhak cinta
Alangkah egois jika setiap insan mementingkan perasaannya
Tanpa melihat perasaan cinta(10 Oktober 2009)
To: SomeOne
11 November 2009 pada 02:08
AKAN KU BAWA KEMANA HATIKU
Masihkah ada satu kata yang pantas ku ucapkan
aku dalam diam yang semu
tak tahu arah
11 November 2009 pada 02:10
Memaafkan adalah memberi sedikit ruan untuk rasa benci
1 Desember 2009 pada 12:52
Bahagia
Terlalu naif tuk menjadi khanif
Terlalu senja tuk sekedar merasa,
Bahwa sejatinya aku berseri dengan bisa berbagi
Bahwa adalah aku selayaknya leleh tinta yang mengukir aksara tanpa diminta
Bahwa aku mencinta ragaku dengan seluruh rengkuh
Hingga sesal itu…..
Sesal yang selalu saja ku torehkan pd polos bantal
Takkan pernah lagi mengusik lelap tidurku
Ah, dan lihatlah pada bulan, adalah aku yang bersinar dengan pendar ketulusan
Adalah aku!
Malang, 14 Oktober 2009
Di hari ultahQ, Di sebuah kamar pesantren
3 Desember 2009 pada 08:12
detik nadinya lembut membelaiku
4 Desember 2009 pada 05:01
Impian Dan Cinta
Tetesan embun pagi yang jernih nan suci
Telah mengingatkan-ku pada-mu yang jauh disana
Embun yang suci telah mengingatkan akan aku pada masa indah yang diwarnai dengan Kesetiaan di wajahmu
Saat-saat indah bersamamu yang tidak dapat aku lupakan sepanjang masa hidupaku
Kini…………………………………..
Engkau telah merajut dan menggapai semua impianku
Tanpa Kau Sadari ada seseorang yang meneteskan air matanya karena cinta dan kasihnya
Impianmu itu telah melupakan semua yang indah
Semua yang mewarnai saat-saat remajamu
Tapi………………..kini semua tinggal kenangan
Bagiku Kenangan itu akan aku simpan sedalam-dalamnya di lubuk hatiku
Aku tak mau terhanyut oleh mimpi
Dan melupakan semua kenangan manis itu
Walau kini telah berpisah……………….
Malang, 4 Desember 2009
To: Someone spcial….,
4 Desember 2009 pada 05:13
KERINDUAN
Sunyinya malam yang bertaburkan bintang,
Duduk termenung aku memandangnya
Terukirkan rasa rindu yang menggempa,
Terhadap seseorang yang telah lama pergi
Aku hanya bisa menatapi dan berteriak,
Memanggil namanya…..
Mungkinkah dia mendengarnya???
Hanya sebuah foto yang telah membantuku,
Untuk menjawab pertanyaan hatiku
Tapi…
Tak cukup semua itu bagiku,
Untuk mengobati rasa rindu yang terpendam ini
Aku hanya bisa berharap dan berdoa,
Semoga dia kembali untukku selamanya
Malang,November 2009
To:”H_Qw”
4 Desember 2009 pada 05:53
Kerinduan
Sebuah kisah yang terajut
Antara titisan Hawa dan Adam
Terhalang tembok penghatam
Hanya surat yang selalu terbang
Bersama hembusan angin yang mengantarkannya
Kita jauh bagaikan bumi dan langit
Tiada hubungan, tiada tali yang bisa mengikat
Namun mengapa saja hatiku selalu rindu dan haus
Akan bayangan dan wajahmu
Ingin rasaku kau pulang tuk disisiku
Namun serasa itu hanya igoanku
Pabila aku rindu…………hanya fotomu yang membantuku
Menjawab pertanyaan hatiku
Mengapa waktu seiring melepaskan
Tanganku tuk menggapaimu
Kasih……………….cepatlah kau pulang
Bagai siang tanpa malam
Hanya kesepian yang selalu menemaniku…………..
Malang, 04 Desember 2008
To: someone special…………
4 Desember 2009 pada 23:11
Pengakuanku
Ibu
hari itu……………….
engkau korbankan hidupmu
demi kehidupanku
airmu matamu mengalir demi kehidupanku
bibirmu bertasbih demi kehidupanku
hari itu………………
engkau terkulai lemah bak kain sutra
sungguh besar pengorbananmu
wahai ibuku
demi kehidupanku di dunia ini
Ibu
kini anakmu telah dewasa
namun engkau tetap setia
menemani hari-hariku
dengan nasihat-nasihat lembutmu
yang selembut sutra
dengan do’amu yang mampu membentengi langkah-langkahku
dengan kasih sayangmu yang selalu melekat di hatiku
Ibu
namun,,,,,
apakah yang sudah dapat aku perbuat demi pengorbananmu???
apakah yang sudah ku korbankan demi engkau wahai ibu???
tapi, apa karena keikhlasanmu atau engkau malu terhadap anakmu
yana dhoif ini?
sehingga engkau
tidak pernah menanyakan pengorbananku terhadapmu
Ya Allah
hanya Engkaulah
yang Maha Pengampun dan Maha Pengasih
ampunilah dosa-dosa hambamu yang dhoif ini
yang belum mampu dan bahkan…..
tidak mampu membalas pengorbanan ibundanya
Ya Allah
dengan segenap jiwa dan ragaku
aku mohon kepada-Mu
sayangilah ibuku
bak Engkau menyayangi para Rosul pilihan-Mu
dekaplah beliau dalam kehangatan lindungan-Mu
jagalah langkah-langkah beliau
bak beliau menjagaku
Ibu…..aku sayang padamu…..engkau pelita dalam hidupku…..engkau tembok dalam hidupku…..enkau jiwa ragaku……Ibu……ku menyayangimu di sepanjang hidupku
5 Desember 2009 pada 01:32
.Bagiku sajak..adalah asap yang mengalun dari perapian rindu dan menghilang, menguraikan tiap kenangan..
.Bagiku sesungguhnya sajak adalah tanah tempat kelak menguburkan pengharapan dalam sepi
.dengarkanlah..!!
.sajakku bukan cermin dari jiwa yang tak berguna
.sajakku adalah api yang bisa membakar kenangan menjadi kemenangan
.sajakku adalah air yang menyimpan rindu ditiap malam berakhir…..
5 Desember 2009 pada 23:47
kulihat secerca cahaya putih di hatimu
ingin sekali mengejarnya walau lelah
karena disitulah ku temukan kebahagiaan…
Malang, 2 Desember 2009
7 Desember 2009 pada 09:08
Hanya Bayangan
Sering ku termenung dalam lamunanku
Memikirkan seseorang yang entah dapat kujumpai atau tidak
Aku sadar dia tak nyata
Dia hanya hidup dalam imajinasiku
Tapi aku tahu
Dia sangat berarti dalam hidupku
Dia dapat membuatku jatuh cinta
Dan aku merasa bahagia karenanya
Tapi kebahagian yang aku rasakan semu
Samar dan tidak nyata
Dia membuatku merindu kerinduan yang amat kurindukan
Dia membuatku setia pada kesetiaanku
Tapi dia juga membuatku menangis dalam senyumku
Karena dia
Hanyalah bayang-bayang
8 Desember 2009 pada 07:40
Sepatu Baru
bu, di hari pertama ku naik kelas. ku malas dicemooh lagi.ku iri dengan teman-teman yang selalu rapi. tak sepertiku. tampak kumal dan bau. kalau dibanding mereka, ku yang dapat warisan paling banyak. lihat saja !! bajuku warisan bapak. celana warisan kakak. tas warisan ibu. sepatu warisan paman. untuk saja kaos kakiku bukan warisan kakek. tapi pemberian tetangga sebelah……….
bu, sudah lima tahun ku jalani. ku tak ingin hari-hariku seperti dulu. satu tahun terakhir adalah masa yang sangat berarti. karena setelah keluar nanti, ku bisa ingat bahwa kelas enam adalah kelas terindah. kelas yang paling banyak kenagan dan perubahan.
bu, yak banyak yang ku mau. hanya ingin kau belikan sapatu. tak lebih dari itu. ku ingin tahu, bagaimana rasanya pakai sepatu baru. tak apa hanya sepatu.yang lain tak usah. biar mereka tahu, bahwa aku juga bisa seperti mereka.
bu, kalau kau belikan sepatu. ku janji, kan ku bawa lari keliling desa.biar semua percaya, bahwa kau adlah orang kaya.yang bisa memanjakan anaknya. bu, kalau kau mau turuti. ku pasti akan lebih rajin lagi. tiap hari mandi jam 3. berangkat jam 5 pagi.
bu, ku mau kau belikan sepatu baru. agar ku juga dapat wariskan untuk anak-cucuku.
8 Desember 2009 pada 07:45
Sepatu Baru
bu, di hari pertama ku naik kelas. ku malas dicemooh lagi. ku iri dengan teman-teman yang selalu rapi. tak sepertiku. tampak kumal dan bau. kalau dibanding mereka, ku yang dapat warisan paling banyak. lihat saja!! bajuku warisan bapak. celana warisan kakak. tas warisan ibu. sepatu warisan paman. untung saja kaos kakiku bukan warisan kakek. tapi pemberian tetangga sebelah……….
bu, sudah lima tahun ku jalani. ku tak ingin hari-hariku seperti dulu. satu tahun terakhir adalah masa yang sangat berarti. karena setelah keluar nanti, ku bisa ingat bahwa kelas enam adalah kelas terindah. kelas yang paling banyak kenangan dan perubahan.
bu, tak banyak yang ku mau. hanya ingin kau belikan sapatu. tak lebih dari itu. ku ingin tahu, bagaimana rasanya pakai sepatu baru. tak apa hanya sepatu.yang lain tak usah. biar mereka tahu, bahwa aku juga bisa seperti mereka.
bu, kalau kau belikan sepatu. ku janji, kan ku bawa lari keliling desa. biar semua percaya, bahwa kau adalah orang kaya. yang bisa memanjakan anaknya. bu, kalau kau mau turuti. ku pasti akan lebih rajin lagi. tiap hari mandi jam 3. berangkat jam 5 pagi.
bu, ku mau kau belikan sepatu baru. agar ku juga dapat wariskan untuk anak-cucuku.
8 Desember 2009 pada 08:01
Pesan untuk Pencuri
di saat sunyi, kau datang sebagai pejuang
di kala hening, kau muncul sebagai pahlawan
memang, datangmu tak berharap
hadirmu tak dianggap
oh pejuangku
jika kau mau, singgalah di rumahku
: jalan perampok,
gang buntu nomor seribu
wahai pahlawanku, mampir dulu sebentar
ku hendak berpesan padamu:
”kalau kau mau mencuri,
jangan curi rumah nomor satu
itu rumah ibuku
jangan nomor dua
itu rumah mertuaku
atau nomor tiga
rumah ulama terkemuka
jangan pula nomor empat
8 Desember 2009 pada 08:11
Pesan untuk Pencuri
di saat sunyi, kau datang sebagai pejuang
di kala hening, kau muncul sebagai pahlawan
memang, datangmu tak berharap
hadirmu tak dianggap
oh pejuangku
jika kau mau, singgalah di rumahku
: jalan perampok,
gang buntu nomor seribu
wahai pahlawanku, mampir dulu sebentar
ku hendak berpesan padamu:
”kalau kau mau mencuri,
jangan curi rumah nomor satu
itu rumah ibuku
jangan nomor dua
itu rumah mertuaku
atau nomor tiga
rumah ulama terkemuka
jangan pula nomor empat
rumah pak camat”
rumah mewah nomor sebelas
itu rumah juragan miras
kalau paling megah: nomor dua belas
rumah pejabat teras”
”kalau bisa pilih nomor dua belas saja
pasti kau tak akan kecewa
masuk, geledah sembarang tempat
ambil semua
jangan ada uang rakyat”
”jika kau pegang amanat,
kan ku ingat kau pejuang setia
jika kau selamatkan rakyat
kan ku kenang kau pahlawan
selamanya…………”
8 Desember 2009 pada 08:42
Air Mata Yang Menangis
Tiadalah kebahagian bagiku hewan yang berbudi
Ketika mereka tertawa yang merayap tanpa budi
yang mereka sadar bahwa racun bukanlah kebahagaan……
Namun aku telah menghisapnya dengan budi yang dibekalkan
Ratapan, tangisan hanyalah penghasil airmatanya airmata…
Manusia hanyalah manusia.
Itulah hewan yang berbudi yang takkan pernah jadi manusianya manusia
Engkaulah Rob penguasa jiwa dan segala…..
Harapku adalah mauMu
Sutu harapan untuMu dan padaMu
Ku milikMu………..Bukan milikku…..
Karna Engkau adalah Engkau bukan sapa………..
Maka itulah aku berharap dan berkata padaMu…..
11 Desember 2009 pada 03:19
Dalam diam mu aku termangu
Dalam senyummu aku mengadu
Deretan lagu menyihir syahdu
Setetes madu membuat candu
Musim salju telah berlalu
Tinggalkan kalbu cairkan beku
Do’a khusuk mu menemaniku
mengikat harum menjadi satu
dalam hidup penuh kegembiraan
dalam hidup penuh peranan
11 Desember 2009 pada 06:27
Aku dan Keegoisanku
Aku ingin melihat dia tersenyum
karena aku suka melihat binar matanya
Aku ingin melihat dia bicara
karena itu pertanda dia baik-baik saja
Aku ingin melihat air matanya
karena itu berarti dia percaya padaku
Namun aku tak ingin membuatnya bahagia
karena jika aku menghilang,
aku takut kebahagiannya akan hilang bersamaku
15 Desember 2009 pada 09:14
Kerinduan
Di kelelahan yang sangat
Aku berharap tidak akan lelah akanku merindukan-Mu
Akanku menyebut nama-Mu
Akanku ingat Engkau
Akanku berdzikir pada-Mu
Harapku jangan sekali – kali Engkau menjauhiku
Khilafku pada-Mu sangatlah salah
Karena Engkau Maha Pemurah
Tidak akan pernah marah pada hambanya yang salah
Hindarkan diriku dari salah yang akan membuat Engkau marah
Di kesunyian yang membuat hatiku tenang
Di keramaian yang membuat hatiku riang
Di keheninganku mengingat-Mu
Di lamunanku yang merindukan-Mu
Di pengharapan yang ingin selalu bertemu dengan-Mu
Suatu saat…
Suatu waktu…
Suatu senyap…
Suatu bentuk taat…
Suatu niat…
Kiamat…
Maksiat…
Laknat…
Akhirat…
Harap…
Kumelihatmu bersanding dengan Muhammad Pemimpin umat
Yang menjadi kekasih-Mu di surga yang penuh akan nikmat
Harap, harap, dan harap
Selalu kuberharap akan nikmat
Sesat, sesat, dan sesat yang kulakukan
Harap, harap, dan harap yang kuinginkan
Dan surga yang penuh akan nikmat
Yang Engkau penuhi dengan rahmat Muhammad
18 Desember 2009 pada 04:16
Ku tak tahu harus dari mana memulainya…
Semuanya mengalir begitu saja..
Seiring dengan air mata ini yang tak henti mengalir
Ku coba tuk merangkai kata,
Namun bibir ini tak mampu tuk berkata.
Hanya lewat sebuah isyarat mata
ku mampu tuk mengutarakannya…
Walaupun sakit terus mendera,
Apalah daya…
Jiwa dan raga ini tlah membeku
Walaupun sesak terus mengusik
Apalah daya…
Hati ini tak mampu tuk merasa
Hanya sebait do’a dan segenggem asa
yang terus terngiang
dalam setiap desah nafasku dan denyut jantungku…
Mlng, 11 Desember ’09
di sebuah bilik peraduan
‘Catatan seorang kader pergerakan, inilah aku dengan segala kekuranganku’
21 Desember 2009 pada 13:45
Senandung Lagu Ibu
ingin ku rapikan
guratan kusut
di wajahmu yang lembut
ingin ku semir
rambutmu
–agar tak terlihat putihnya
ingin ku bersihkan
tanganmu
dari debu nestapa
ingin ku wangikan
tubuhmu
–agar terlihat pesona
ingin ku usap
matamu yang basah kuyup
–karena ulahku
23 Desember 2009 pada 16:19
Terperangkap Dalam Gundah
Dunia telah melupakanku
Tertawa tersenyum hanya aku yang pahami
Satu nafas yang tersimpan
Selamanya tersimpan dalam gundah
Tiada mengerti tiada pula difahami
Kegelisahan kenapa kau peluk erat hatiku
Andai ku tak punya hati tuk kau peluk dan kau ikat
Tak kan ada rasa
Tak kan ada kehidupan
Gundah
Enyahlah dalam mimpi kelamku
Setiap langkah ada bayangmu di sana
Membisikkan sesuatu yang tak kumengerti
Biarlah tangis dan kesedihan
Menyatu dalam ragaku
Asal ku tak kenal kau gundah
Dalam setiap kehidupan
24 Desember 2009 pada 01:48
Seribu Hari Kurang Satu
dengan selimut cinta
–kau berikan kasihmu
belaian jiwamu
membuatku serba salah
terlena, tapi tak percaya
suapan sayangmu
tak jarang berlalu
tapi, ku sungguh congkak
tak mau terus terang
‘’seribu hari kurang satu’’
kau ungkapan rasa
pelan, lirih
namun pasti
leraikan nestapaku
abukan sengsara
‘’seribu hari kurang satu
kau tiupkan angin damai
semilir, menerjang ombak bengisku
goresan kecil
sayatan tajam
kau simpan dalam risaumu
oh…….
sayang, sungguh sayang
matiku sudah didekap
simpan saja rasamu
biarkan tenggelam
memang ini gila
sombongku menggilas cinta
tapi, akan ku patri
kasihmu itu:
‘’Seribu hari kurang satu
24 Desember 2009 pada 01:51
Sarung Bersejarah
sarung ini sarung bersejarah
saat bapak melawan penjajah
ada tetes darah
ada bercak nanah
semua padu dalam resah
bila tak punya uang
jangan kau gadaikan
bila tak punya tenar
jangan kau obral
karena ini sarung bersejarah
sebuah saksi
bagi kami
pahlawan sejati
di pundak kami
tak ada bintang
di atas kami
tak ada terang
hanya sarung ini
yang jadi bukti
bahwa kami
pahlawan sejati
26 Desember 2009 pada 03:59
Titik dari Koma
Mengemban perjalanan hidup…
Melangkah dan merangkak membawa diri…
Berlari dan hanya bisa berlari…
dari penat di hati…
Menebar sejuta senyuman…
Munafiknya mata memejamkan diri…
Meneteskan air berlinang di pipi…
Membawa kesunyian raga…
Akan kepergian jiwa putih…
Yang hanya bisa berdiam hati, di sudut penjara hati…
Menahan rasa kasih…
Terkubur oleh mimpi-mimpi…
Menunggu dan menunggu…
Hidupnya diri hanya untuk menunggu…
Kepastian untuk hidup dengan kasih…
Atau harus mati tuk menjadi bangkai berduri…
Kebingungan begitu menghantui lubuk hati…
Saat malaikat berjubah putih…
Mulai menjemput dan menghampiri…
Dan takkan ada waktu lagi…
Untuk menunggu sang pujaan hati…
Cinta hanya bisa tertatih…
Mengharap terkenang oleh sang kekasih…
Yang menebar bunga surga di kemudian hari…
Berselimutkan hati yang tlah terkubur mati…
Malang,26 desember 2009.
28 Desember 2009 pada 09:24
Engkaulah gulita
yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudra terkelam
Engkau sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat ternama
Namun terasa ada
Ajarkan aku;
Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
Bangun dari ilusi namun tak memilih pergi
“Tunggu aku…
Yang hanya selangkah lagi
Dari bibir jurangmu…”
31 Desember 2009 pada 08:28
DIAM
Kupandangi wajahnya
Begitu tenang…
Ia masih tertidur
Memejamkan mata…
Tapi.. Kenyum masih menghiasi bibirnya
Dalam…
penuh kedamaian
Ku panggil ia ayah…
Diam..
Tak ada jawaban
Hening yang ku dapati
Sungguh tidak menenangkanku…
Kugoyangkan badannya
Kaku…
Tubuhku terkulai
Gelap…
31 Desember 2009 pada 14:47
Munajat Cinta
Biarlah kusebut namamu disetiap tidurku
Biarlah aku selalu diambang kerinduan
Biarlah semua yang ada adalah karena karena kasihmu
dan biarlah aku selalu menopang kalbu karenamu
Karena…
Ketika mendung bergulung-gulung hendak menimpa kebahagiaanku
Engkau berlari-berlari mencari sinar matahari tuk menghangatkan jiwaku
Atau….
Tatkala bangunan impianku hendah dicambuk halilintar
Engkau menyelamatkanku dari reruntuhannya
Kehadiranmu dipelupuk mata hatiku
Bagai kilau cahaya terang yang menyikap hijab gelap yang membutakanku selama ini
Seakan engkaulah sang penunjuk jalan menuju puncak kebahagiaan hidup
Seakan gelombang derita yang menggoncang hatiku
Telah engkau bendung dari perahu layar jiwaku
Seakan gumpalan mendung duka pun
Telah engkau singkirkan dari kelelahan pengembaraan sukmaku
Seakan tirai seram pun sirna tak berbekas
dan menjelma bayangan putih yang menjanjikan gemersik angin kedamaian yang abadi
Engkau telah membawaku ke alam khalayan bersama bayang-bayang keindahan maya
dan engkau telah membisikkan segudang harapan disini
Hatiku telah terpatri olehmu
Seakan engkau telah lebur bersamaku disini
Kedalam kalbu sejati…
Kaulah segala-galanya bagiku…
Karena semua itu
Aku dihimpit perasaan takut akan murka Allah…
Aku takut musyrik karena terlalu mengagungkanmu
Karena terlalu mezikirkanmu…
Atau sibuk melamunkan dirimu
Untuk Cahaya hatiku
Kota Wali, 17 Januari 2007
2 Januari 2010 pada 06:20
Ratapan Hatiku
Mataku menangis
hatiku merasa gelisah
baru ku sadari kini
mungkin cintaku salah
ya rabbi…
Ternyata cintamu lebih kekal
cintamu lebih bermakna
dari cinta-cinta yang lain
mengapa selama ini aku tak mengerti
tersiksa oleh cinta sesaat…
Ya allah…
Jadikanlah bulan ini sebagai
permulaan dari cinta haqiqi
rubahlah cinta yang salah ini
menjadi cinta yang sangat berarti
bantulah aku ya allah
agar setiap langkahku
diiringi dengan sebutan asma_Mu..
to;someone
2 Januari 2010 pada 16:33
Fajar Islam
Kami menanti Fajar akan segera terbit
Terangi bumi gelap lama sekali
langit malampun menunggu mentari
Yang kan bersinar di sebuah pagi
Cerah indah bukan mimpi
Sungguh telah lama kami menanti
Meski cukup lama kami menanti
Kami yakin
Dingin dan gelap malam akan segera berganti
Fajar akan segera terbit
Ini janji Tuhan kami
Orang-orang beriman akan diberi Kekuasaan di bumi
Tancap dan kibarkan panji Ilahi
berkahi semua semua pelosok negeri
Sabda Rasul kami
“ Fatakuunu Khilaafatan ‘Alaa Minhaajin-Nubuwwah”
2 Januari 2010 pada 16:58
Kami menanti Fajar akan segera terbit
Terangi bumi gelap lama sekali
langit malampun menunggu mentari
Yang kan bersinar di sebuah pagi
Cerah indah bukan mimpi
Sungguh telah lama kami menanti
Meski cukup lama kami menanti
Kami yakin
Dingin dan gelap malam akan segera berganti
Fajar akan segera terbit
Ini janji Tuhan kami
Orang-orang beriman akan diberi Kekuasaan di bumi
Tancap dan kibarkan panji Ilahi
Berkahi semua semua pelosok negeri-negeri
Sabda Rasul kami
“ Fatakuunu Khilaafatan ‘Alaa Minhaajin-Nubuwwah”
lie..
Ikhwany Wa akhwaty Fi Qismy Al-adabu Al’aroby
3 Januari 2010 pada 07:01
Belenggu
Tuhan, sampaikan salam jiwaku
pada cinta yang tertawan nafsu
lewat kata bertabur rindu
mengukir doa di dalam kalbu
sekejap kilat kulawan kelam
menatap lekat untaian malam
terucap khilaf menawan alam
berharap sujud kalahkan suram
inilah aku merengkuh resah
keping anganku ingkari sumpah
mungkin naluri sesalkan salah
tinggal belenggu membawa lelah
puisi ini ditulis ‘dimalam penyesalan’ ku-Sang akhwat
november ‘ 09
3 Januari 2010 pada 07:19
Belenggu
Tuhan, sampaikan salam jiwaku
pada cinta yang tertawan nafsu
lewat kata bertabur rindu
mengukir doa di dalam kalbu
sekejap kilat kulawan kelam
menatap lekat untaian malam
terucap khilaf menawan alam
berharap sujud kalahkan suram
inilah aku merengkuh resah
keping anganku ingkari sumpah
mungkin naluri sesalkan salah
tinggal belenggu membawa lelah
puisi ini ditulis ‘dimalam penyesalan’ ku-Sang akhwat
november ‘ 09
3 Januari 2010 pada 07:21
Belenggu
Tuhan, sampaikan salam jiwaku
pada cinta yang tertawan nafsu
lewat kata bertabur rindu
mengukir doa di dalam kalbu
sekejap kilat kulawan kelam
menatap lekat untaian malam
terucap khilaf menawan alam
berharap sujud kalahkan suram
inilah aku merengkuh resah
keping anganku ingkari sumpah
mungkin naluri sesalkan salah
tinggal belenggu membawa lelah
puisi ini ditulis ‘dimalam penyesalan’ ku-Sang akhwat
november ‘ 09
3 Januari 2010 pada 14:38
Muhasabah
Aku adalah makhluk ta’at,
Bohong…
Kau pendusta,
Ya,…
benar Kau pendusta, kau nikmati kesenangan sesaat,
bukan,…
benar Dia ta’at, hanya bujuk rayumu yang sesat,
Kau memang hebat…
dengan mudah kau jerat,
Wahai kawanku yang taat…
ingat…
kau mampu melawan segala tipu muslihat,
bangkit…
lawan dia,
ya kawan..
mudah tapi susah,
hei…
apa gunanya kau sempurna segalanya,
ya…
apa gunanya,
lebih baik ikut kami menghibur diri,
jangan…
buka matamu yang tajam, jangan kau pejamkan,
dia ingin memejamkannya,
ya…
terimakasih Kawan, entah mengapa, mudah tapi susah,
ahh…
untuk apa, lihat kami, lihat dia, lihat mereka,
bercanda, riang tanpa gundah dan resah,
marilah…
aku mau, tapi tak mau,
ya…
kau mampu kawan, dan ikut aku,
menuju puncak kebahagiaan,
susah awalnya, senang akhirnya
4 Januari 2010 pada 13:11
Keresahan Hati
Dalam diam mu aku termangu
Dalam senyummu aku mengadu
Deretan lagu menyihir syahdu
Setetes madu membuat candu
Musim salju telah berlalu
Tinggalkan kalbu cairkan beku
Do’a khusuk mu menemaniku
mengikat harum menjadi satu
Dalam hidup penuh kegembiraan
Dalam hidup penuh peranan
8 Januari 2010 pada 02:38
Semua cerita tentangmu masih tersimpan di dalam benakku
Meresap dijiwaku
Memenuhi ruang hatiku
Seperti cahaya mentari kau hadir
Terangi hidupku
Terangi jalanku
Menuntunku memaknai semua
Dan aku tak kan melupakan
Semua yang indah, yang pernah engkau berikan
Meski kau telah berlalu
Tak lagi disisiku
Namun cintamu kan tetap hidup
Tak terhapuskan
Tak tergilas oleh waktu
Cintaku tak henti mengalir untukmu
Mengenalmu adalah hal terindah yang pernahku alami
17 Januari 2010 pada 07:32
Saat aku ingin dekat namun kau menjauh
Saat hati ini gundah tiada tempat untuk berlabuh
Hanya denganmu hati ini merasa teduh
jangan pernah kau jauh
jangan pernah kau jenuh
karena ku mencintaiMu
dengan cinta yang utuh
meski jiwa ini harus rapuh
20 Februari 2010 pada 03:11
Malam Bersama Ayah
di sebuah malam terang rembulan
bersama ayah indah terkenang
bintangpun tersenyum simpul
di saat kami sedang berkumpul
di depan teras rumah taqwa
diatas lantai Syariah
di dinding Aqidah
kau sandarkan kami
kenalkan kami pada sang Rabby
adalah nikmat terbesar bagi kami
syukron Aby